Vagina
merupakan organ sensitif dan perlu perhatian khusus karena rentan
infeksi jamur. Tidak jarang wanita menggunakan sabun untuk membersihkan
area kewanitaan setiap kali mandi. Namun ternyata pemakaian sabun secara
berlebihan untuk vagina justru akan memberikan dampak kurang baik.
“Seharusnya
sabun pembersih untuk kewanitaan tidak dipakai secara rutin,” ujar dr.
Febriansyah Darus. Sp.OG, dokter spesialis obstetri & ginekologi
yang berpraktik di RSIA Kemang Medical Care, Jakarta.
Ia
menjelaskan, pemakaian sabun terlalu berlebihan, terutama sabun yang
bukan khusus untuk vagina, bisa menyebabkan perubahan asam basa vagina.
Maka jika dipakai terlalu sering akan berbahaya.
Dokter yang
juga berpraktik di RS Hermina Jatinegara dan RSPAD Gatot Subroto ini
menjelaskan, terlalu sering menggunakan sabun pembersih justru
merangsang timbulnya keputihan. “Terutama ini bisa terjadi jika kita
menggunakan sabun kosmetik yang pH-nya tidak sesuai dengan pH (kadar
keasaman) vagina,” ujarnya.
Pemakaian sabun yang tidak sesuai
menyebabkan suasana asam basa vagina berubah. Perubahan lingkungan dalam
organ intim ini menyebabkan kuman yang mestinya normal justru menjadi
lebih banyak pertumbuhannya. Kuman yang seharusnya tidak ada justru
timbul karena daya tahan vagina berubah. Hal ini terjadi akibat
perubahan asam basa yang dipicu penggunaan pembersih tidak semestinya,
misalnya sabun biasa (alkalis).
Sebaiknya, dr Febriansyah
menyarankan, gunakan pembersih dalam kondisi tertentu saja. Misalnya, di
saat kondisi vagina sedang basah atau berair atau ketika muncul
keputihan.
Bagaimana jika memang ingin dibersihkan? Kata dr
Febriansyah, gunakan sabun khusus untuk vagina supaya lingkungan organ
intim kembali normal. “Sekarang kan sudah ada sabun-sabun yang
direkomendasikan, tetapi kita nggak mau menyebut brand ya,” tandasnya.
Jika salah pilih sabun, bisa semakin memperparah keputihan.
Dalam
memilih pembersih, dr. Febriansyah menyarankan produk yang mampu
mempertahankan Lactobacillus. Lactobacillus adalah salah satu jenis
kuman yang menyebabkan asam basa vagina menjadi netral dan menjaga pH
alami.
“Kurangi juga produk-produk yang terlalu banyak mengandung
detergen dengan busa terlalu banyak, karena vagina akan menjadi lebih
basa dan jadi kering,” jelas dr. Febriansyah.
Namun meskipun
sudah banyak sabun khusus vagina, kita tetap harus menggunakannya sesuai
kebutuhan saja. “Jika organ kewanitaan tidak bermasalah, tidak basah,
tidak berair, dicuci dengan air biasa yang steril justru lebih aman,”
katanya.
Untuk merawat vagina, berikut rekomendasi dr. Febriansyah Darus:
1. Awasi keputihan.
Kalau ada keputihan yang sudah berwarna, berbau, gatal, segera diobati.
Tetapi jika keputihannya tetap berwarna bening, tidak gatal, dan tidak
berbau, berarti masih normal. Tidak diobati juga tak apa-apa.
2. Jangan biarkan vagina lembap.
Biasanya, usai buang air kecil, keringkan vagina sebelum memakai celana
dalam. Jika celana dalam telanjur kena basah, sebaiknya ganti saja agar
tidak lembap.
3. Hati-hati memakai pantyliner.
Jangan memakai pantyliner terlalu lama hingga 8-12 jam. Pemakaian
pantyliner terlalu lama, apalagi yang tidak menyerap keringat,
menyebabkan vagina menjadi lembap. Pantyliner sebaiknya sering diganti
setiap 3-4 jam sekali. Gunakan pula produk pembersih vagina yang tidak
mengandung detergen.