FB Twitter Google+
<div style='background-color: none transparent;'><a href='http://www.rsspump.com/?web_widget/rss_ticker/news_widget' title='News Widget'>News Widget</a></div>

Mengapa Selalu Spielberg?

Posted by Hamba Allah
Share this article on:


0lincoln-movie-poster_islamposTADI malam, Jumat (11/1/2013), nominasi Piala Oscar 2013 baru saja diumumkan. Seperti yang telah diprediksi oleh sejumlah kritikus, film garapan Steven Spielberg, Lincoln mendominasi ajang penghargaan tersebut. Film biopik mantan Presiden Amerika Serikat Abraham Lincoln itu berhasil meraih 12 nominasi Academy Awards 2013! Ini jumlah paling banyak sepanjang perhelatan Oscar sepanjang masa.

Sejumlah nominasi yang diraih oleh film ini termasuk untuk kategori Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Aktor dan Aktris Pendukung Terbaik, Sinematografi Terbaik, serta yang lainnya. Di kategori sutradara terbaik, Steven Spielberg harus bersaing dengan sejumlah sutradara ternama seperti Ang Lee (Life of Pi), serta David O. Russell (Silver Linings Playbook), Michael Haneke (Amor) dan Benh Zeitlin (Beast of the Southern Wild).

Lalu, apakah ini sesuatu yang aneh—dan apakah penting pula?
Suatu hari di akhir tahun lalu, Joel Stein, kolumnis berdarah Yahudi berang. Ia tak puas dengan hasil polling yang dikeluarkan The Anti-Defamation League (Liga Anti Pemfitnahan) November 2008. Polling itu mengatakan, sekarang hanya 22 persen orang Amerika Serikat yang percaya “industri televisi dan film dikuasai Yahudi”. Angkanya turun jauh dari 50 persen di survey tahun 1964.
Ia berang karena merasa kenyataannya tak begitu. Polling itu, katanya, menandakan betapa bodohnya orang Amerika. “Yahudi sungguh menguasai Hollywood,” tegasnya di koran Los Angeles Times edisi 19 Desember 2008 lalu. Ia mengambil iklan satu halaman penuh yang isinya petisi yang ditandatangani para petinggi industri hiburan di sana sebagai contoh.

Di iklan itu, beber Stein, ada nama: President News Corp. Peter Chernin (Yahudi), Chairman Paramount Pictures Brad Grey (Yahudi), Chief Executive Walt Disney Co. Robert Iger (Yahudi), Chairman Sony Pictures Michael Lynton (Yahudi Belanda), Chairman Warner Bros. Barry Meyer (Yahudi), Chief Executive CBS Corp. Leslie Moonves (terlalu Yahudi, paman buyutnya perdana menteri Israel pertama), Chairman MGM Harry Sloan (Yahudi) dan Chief Executive NBC Universal Jeff Zucker (Yahudi). Dengan atau tanpa bos Miramax Weinstein bersaudara yang juga Yahudi, jika orang-orang ini bersepakat menutup tempat kerja mereka, Hollywood dipastikan runtuh seketika. Selain petinggi studio dan stasiun TV, pekerja kreatif Hollywood juga banyak berdarah Yahudi. Dari jejeran sutradara ikonnya adalah Steven Spielberg.

Itu fakta tak terbantahkan. Makanya, selalu muncul anggapan kalau film-film bikinan Hollywood (baca: Spielberg utamanya) sedikit-banyak mengandung propaganda Yahudi. Film Hollywood, di negeri Muslim, seringkali dipandang curiga. Ujungnya film Hollywood yang terang-terangan berkisah soal kaum Yahudi dilarang beredar di negeri Islam atau berpenduduk mayoritas Muslim.
Contoh paling terang untuk ini adalah saat Schindler’s List (1993) karya Spielberg dilarang beredar pada 1994 di negeri ini. MUI waktu itu menganjurkan film itu ditolak. Kala itu kehadiran film yang berkisah peristiwa Holocaust (pembasmian Yahudi oleh Nazi Jerman saat Perang Dunia II) ini mengundang debat publik. Timbul pro-kontra di masyarakat apa sebaiknya film itu dibolehkan beredar atau dilarang. Yang setuju beredar mengatakan filmnya berisi pesan universal meski kisahnya soal Yahudi. Yang tak setuju beranggapan ini film propaganda Yahudi semata. Pemerintah lewat Badan Sensor Film lalu mengetukkan palu menolak film itu beredar.

Selain Schindler’s List, Spielberg juga membuat trilogi Jurassic Park. Di film ini memang tidak menceritakan soal Yahudi secara ansich. Tapi ia memaparkan teori tentang dinosaurus yang sudah sejak lama diragukan keberadaannya di dunia ini.

Indonesia banyak berubah sejak Schindler’s List ditolak beredar dulu. Indonesia sudah berganti presiden beberapa kali. Begitupun masyarakatnya. Masyarakat Indonesia—tanpa pemerintah bisa membendungnya—kini bisa menikmati tontonan berbau Yahudi dengan bebas. Lambang-lambang Yahudi semakin mudah ditemui dimana saja kita berada. Di grup musik. Di acara idola remaja Indonesia. Di kemasan minuman dan makanan ringan. Baju, jaket, dan semuanya yang kita lihat dan pergunakan setiap hari.

Film menjadi media utama. Dan dari Hollywood, Spielberg tidak semata-mata seorang sutradara film. Itu makanya, ia—dengan Lincoln-nya—sepertinya akan menang Oscar lagi tahun 2013 ini.

0 Komentar — Skip to Comment

Posting Komentar — or Back to Content