FB Twitter Google+
<div style='background-color: none transparent;'><a href='http://www.rsspump.com/?web_widget/rss_ticker/news_widget' title='News Widget'>News Widget</a></div>

Bimbim Slank

Posted by Hamba Allah
Share this article on:


Bimbim Slank 
Bimbim Slank

Berita & Cerita Terkini
Kasus kenaikan BBM menginspirasi group band Slank untuk menggarap lagu sindiran. Drummer Slank, Bimbim, mengaku bahwa menilai kenaikan BBM yang selalu saja terjadi itu sangat menjenuhkan.

Slank sendiri mengaku sudah dua kali menggarap lagu sindiran mengenai kenaikan BBM. Lagu pertama berjudul ‘Naik-Naik ke Puncak Gunung‘ tahun 1998. Kedua, berjudul ‘Krisis BBM‘ tahun 2003. Penggebuk drum itu menambahkan bahwa hingga hari inipun masih saja seperti itu kenaikan BBM.

Meski demikian Bimbim belum memberikan rencana pasti untuk membuat lagu terkait kenaikan BBM lagi. Dan yang perlu menjadi catatan kondisi seperti ini selalu sama seperti dulu, meskipun kritik dilontarkan.
 
Info Tambahan
Cikal bakal lahirnya Slank adalah berawal dari sebuah grup bernama Cikini Stones Complex (CSC) yang dibentuk oleh Bimbim pada awal tahun 80-an. Band ini hanya memainkan lagu-lagu Rolling Stones dan tak mau memainkan lagu dari band lain, alhasil mereka akhirnya jenuh dan menjelang akhir tahun 1983 grup ini dibubarkan.

Bersama Boy (gitar), Kiki (gitar), Abi (bass), Uti (vokal) dan Well Welly (vokal), Bimbim mengekspresikan kecintaannya terhadap karya-karya Rolling Stones. Pada Desember 1983 mereka mendirikan Cikini Stones Complex (CSC), grup musik yang terdiri dari anak-anak SMA Perguruan Cikini, Jakarta, yang merupakan cikal bakal Slank.

Dalam perjalanannya, mereka mengalami perombakan personil hingga akhirnya terbentuk formasi ke-14 pada 1996 yang bertahan sampai sekarang. Formasi terakhir, yang dimulai dari album ketujuh Slank, terdiri dari Bimbim (drum), Kaka (vokal), Ivanka (bass), Ridho (gitar) dan Abdee (gitar).
 
Biografi Singkat
Bimo Setiawan Almachzumi atau akrab dipanggil Bimbim adalah pendiri grup musik Indonesia, SLANK . Lahir di Jakarta, 25 Desember 1966, Bimbim memainkan instrumen drum. Dulu Bimbim dan Kaka vokalis Slank pun pernah mencicipi ”obat langit” yang membuat pemakainya melayang-layang dan ketagihan. Ia pertama kali mencoba narkoba tersebut pada tahun 1994 dan mereka bilang bahwa badan jadi tidak enak. Muntah-muntah ketika pertama kali mencobanya.

Semenjak memakai jenis narkoba itu, Bimbim yang biasanya pendiam, rapi, dan tak suka teriak-teriak itu, tiba-tiba berubah. Demikian juga Kaka. Banyak pengalaman pahit, dari sejak mereka pakai sampai tahun 1999. Adapun Pengalaman Bimbim ketika Slank berada di Lubuk Linggau pada tahun 1998 juga tak terlupakan. Bimbim dan kaka ”kehabisan barang”, seketika mereka sakau. Tidak ada orang jual barang seperti itu di Lubuk Linggau. Akibat dari sakau tersebut Bimbim pun sampai tidak bisa bangun di kamar. Padahal mereka masih harus melayani wartawan, wawancara. Tinggal Kaka, yang badannya lebih kuat, melayani wartawan, meski dengan susah payah.

Pendiam tapi keras adalah watak Drumer Slank yang belajar secara otodidak serta ialah arsitek dibalik sukses Slank. Tongkrongan Bimo Setiawan Sidharta tergolong khas. Gerakannya terkesan malas-malasan. Badan ceking (percaya atau tidak, banyak Slankers sekarang pada ngurusin badan, berusaha niru dia), kacamata cengdem nggak pernah lepas dari jidat. Kegemarannya sama warna-warni genjreng bukan hanya sebatas pakaian, tapi juga sampai ke handphone. Kakeknya seorang nasionalis sejati, yang selalu mencecoki Bimbim kecil dengan cerita-cerita penuh heroisme, termasuk kisah dalam pewayangan. Tapi waktu beranjak akil baliq, apa yang diceritakan sang kakek nggak pernah bisa ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

Merasa frustasi, ia segera menjadikan musik sebagai pelarian. Bimbim nggak punya hasrat lagi nerusin sekolah. Obsesinya Cuma satu, jadi seniman musik. Kehidupan yang liar dan bebas ikut membentuk kepribadiannya, termasuk akrab sama obat-obatan yang disentuhnya ketika menginjak bangku SMU Percik. Banyak yang beranggapan bahwa Bimbim adalah Slank itu sendiri. Sebab otaknya emang hampir nggak pernah berhenti mikirin perkembangan dan masa depan grup tersebut.

Dia membayar mahal buat langkahnya menjadikan Jalan Poltot sebagai markas Slank sekaligus Pulau Biru. Bimbim pun nyaris kehilangan privacy. Seringkali, baru nongol dari kamarnya, kudu nanda tangan atau foto bareng Slankers. Dia pula yang paling puyeng waktu Pay, Bongky dan Indra ngadat. Sebab, tanggung jawabnya bukan melulu ngurusin musik dan menjaga kekompakan, tapi juga urusan dengan produsen. Terutama sejak Slank memisahkan diri dari proyek Q, bendera milik Budhi Soesatio.

Untuk urusan asmaranya, suatu ketika dia naksir tetangganya, tapi orang tua si cewek menentang habis-habisan. Maklum, rocker gondrong ini dianggap pemusik dengan masa depan yang gelap. Kegusarannya dikatain macem-macem itulah yang mengilhami satu lagu keras dari album perdana Slank yang sampai sekarang masih kerap dibawakan.

Ngilang dari hiruk-pikuknya Jalan Potlot merupakan kebiasaan Bimbim kalo merasa suntuk. Itu pula yang ia lakukan ketika Slank lagi dilanda kemelut. Seluruh penghuni Pulau Biru mencarinay kesana kemari. Tentu saja usaha mereka sia-sia, karena Bimbim ngumpet di sebuah hotel di Yogyakarta. Disana ia ngamuk sendirian, menghancurkan seisi kamar hotel.

Kepiawaian Bimbim selain nulis lagu adalah menaklukan cewek. Suatu ketika di Potlot muncul sejumalh slanker cewek asal manado. Seorang diantara mereka, meminjam istilah kaka, dikenal sebagai slanker misterius. Maklum pendiam banget. Joane Josephira, namanya. Diantara personel Slank,konon, Cuma Bimbimlah yang berhasil mendekati. Di slank berlaku hokum rimba, siapa paling kuat dialah yang berkuasa.

Anekdot ini tentu Cuma berlaku buat urusan cewek. Nah, selian dikenal piawai nundukin cewek, Bimbim kan komandannya Slank. Lengkap sudah kekuatannya. Lihat aja gimana dia memburu Joane sampai ke Bali. Soalnya, si cewek itu bersekolah di PLBI dan cewek blesteran Amerika-Manado itu pun akhirnya luluh juga. Jo pun akhirnya resmi jadi istrinya setelah dinikahi di Sukabumi, 6 Juni 1993, sekitar dua bulan setelah perkawinan Irni-Kaka.



0 Komentar — Skip to Comment

Posting Komentar — or Back to Content