FB Twitter Google+
<div style='background-color: none transparent;'><a href='http://www.rsspump.com/?web_widget/rss_ticker/news_widget' title='News Widget'>News Widget</a></div>

Sambut Ramadhan Sebahagia Rasulullah Menyambutnya

Posted by Hamba Allah
Share this article on:

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata: "ketika tiga bulan Ramadhan, Rasulullah saw bersabda,

Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan penuh berkah yang Allah wajibkan puasa di dalamnya, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa yang tidak mendapat kebaikannya, sungguh ia telah merugi.” (HR.Ahmad)

Menurut Ibnu Rajab al-Hanbali maksud hadits itu adalah landasan untuk saling ber-tahniah (saling mengucapkan selamat) ketika bulan Ramadhan tiba.

Rasulullah saw sendiri telah menghembuskan kebahagiaan akan datangnya bulan Ramadhan kepada para sahabatnya. Ramadhan adalah bulan yang kedatangannya telah lama dinanti dan dirindukan. Sungguh, kedatangan sang kekasih yang telah lama pergi adalah sebuah kebahagiaan yang tiada bandingannya.

Kita telah tahu kapan kekasih (Ramadhan) itu datang menghampiri kita. Lantas, bagaimanakah Rasulullah saw mempersiapkan diri menyambut tamu agung tersebut?

Persiapan Dengan Puasa

Diriwayatkan dari Aisyah ra, ia berkata,

“Rasulullah saw berpuasa sehingga kami mengira beliau tidak berbuka, dan beliau berbuka hingga kami mengira beliau tidak puasa. Tidaklah kami melihat Rasulullah menyempurnakan puasanya sebulan penuh selain bulan Ramadhan, dan tidaklah kami melihat beliau puasa lebih banyak selain bulan Sya’ban.” (HR.Bukhari)

Usamah bin Zaid berkata bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah saw, “Wahai Rasulullah, saya tidak melihat anda berpuasa (di bulan-bulan lain) seperti anda berpuasa di bulan Sya’ban.” Rasulullah menjawab,

“Sya’ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan yang sering dilupakan manusia, padahal ia adalah bulan di mana amal-amal diangkat kepada Allah swt. Karena itu, aku ingin amalku diangkat kepada Allah dalam keadaan aku sedang berpuasa.” (HR.An-Nasa’i)

Oleh karena itu, di antara hikmah dari perhatian Rasulullah saw yang begitu besar terhadap puasa sunnah di bulan Sya’ban adalah sebagai persiapan dan pembiasaan untuk melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan.

Persiapan Dengan Membaca Al Qur’an

Anas bin Malik ra berkata, “Ketika kaum Muslimin memasuki bulan Sya’ban, mereka sibuk membaca Al Qur’an dan mengeluarkan zakat mal untuk membantu fakir miskin yang berpuasa.”

Sementara seseorang ditanya tentang Muslim yang baru mulai membaca Al Qur’an lagi setelah lama ia tidak membacanya, sehingga untuk membaca beberapa ayat saja ia tidak sanggup menamatkannya. Orang yang ditanya tadi menyarankan agar saudaranya tersebut melawan perasaan-perasaan seperti itu dan terus melanjutkan bacaan Qur’annya. Sang penanya pun pulang.

Tidak lama kemudian, ia kembali dan mengatakan, “Sungguh menakjubkan! Setelah saya membaca dua rub’u Al Qur’an, semangat untuk membaca pun semakin bertambah dan perasaan berat tadi mulai hilang.”

Orang yang tadi menjadi tempat bertanya pun berkata, “Itulah kondisi Al Qur’an bersama orang-orang yang lalai. Ia adalah obat jiwa. Sering menjauh darinya menjadikan hati kotor dengan karat-karat dan titik-titik hitam. Jadi ketika hati merasa berat dan sulit, ayat-ayat pertama yang dibaca menjadi pembersih hati. Jika kita melawan perasaan tersebut, Al Qur’an akan memainkan perannya sehingga hati kita kembali bersih dan siap menerima cahayanya.”

Dalam nuansa seperti itu, seseorang dapat menjadi Mukmin sebagaimana firman Allah swt,

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfal : 2)

Oleh karena itu, membaca Al Qur’an di bulan Sya’ban akan menghilangkan karat-karat dosa beberapa bulan sebelumnya, sehingga hati kembali siap menerima petunjuk dan cahaya Al Qur’an di bulan Ramadhan.

Persiapan Doa

Berdoa berarti mempersiapkan mental dan hati. Rasulullah saw jika telah memasuki bulan Rajab, memanjatkan doa,

“Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan.” (HR. Imam Ahmad, dari Anas bin Malik)

Al-Ma’ali bin Fadhl berkata, “Mereka (para sahabat) berdoa agar dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan enam bulan sebelum kedatangannya, dan enam bulan setelah itu mereka berdoa agar amalnya diterima di sisi Allah swt.”

Mengingat Keutamaan-Keutamaan Ramadhan

Para pecinta Ramadhan pasti tidak sabar ingin menceritakan kebaikan dan keutamaan-keutamaan bulan Ramadhan. Demikian pula Rasulullah saw,  beliau menyebut-nyebut keutamaan Ramadhan dengan segala amalan utama di dalamnya sejak Rajab dan Sya’ban. Ketika sampai pekan terakhir bulan Sya’ban, beliau naik mimbar dan menyampaikan kabar gembira, seraya menyebut-nyebut faedah dan anugerah bulan yang dirindukan itu.

Salman al-Farisi ra bertutur, “Rasulullah saw berceramah kepada kami di akhir bulan Sya’ban seraya berkata:

“Wahai manusia! Bulan yang agung telah menaungi kalian, bulan penuh berkah yang di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa di siang harinya sebagai amalan wajib, dan menetapkan qiyamullailnya (shalat tarawih) sebagai sunnah. Barang siapa yang bertaqarrub kepada-Nya dengan suatu kebaikan (amalan wajib), ia bagaikan melakukan tujuh puluh kali amalan wajib di bulan lainnya. Bulan itu adalah bulan kesabaran dan pahala sabar adalah surga. Ia adalah bulan berderma, bulan yang di dalamnya rejeki orang Mukmin ditambah. Barang siapa yang memberi menu berbuka bagi orang yang berpuasa, maka hal itu akan menjadi pengampunan bagi dosa-dosanya, menjadi pembebasnya dari api neraka, dan akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berpuasa tadi tanpa dikurangi sedikit pun.”

Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, tidak semua dari kami memiliki makanan untuk diberikan kepada orang yang berpuasa.”
Rasulullah saw menjawab,

“Allah akan memberikan pahala itu kepada orang yang memberikan makanan ifthar walaupun dengan sebiji kurma atau seteguk air putih atau air yang dicampur susu. Perbanyaklah melakukan empat perkara. Dua perkara menyebabkan Rabb kalian ridha kepada kalian dan dua perkara lagi membuat kalian tercukupi. Dua perkara yang pertama adalah kesaksian bahwa tiada Ilah selain Allah dan beristighfar kepada-Nya. Dan dua perkara lainnya yang membuat kalian tercukupi adalah permintaan kalian terhadap surga Allah dan perlindungan dari api neraka.” (HR. Ibnu Khuzaimah)


0 Komentar — Skip to Comment

Posting Komentar — or Back to Content