FB Twitter Google+
<div style='background-color: none transparent;'><a href='http://www.rsspump.com/?web_widget/rss_ticker/news_widget' title='News Widget'>News Widget</a></div>

Tarung di Putaran II, Strategi Foke & Jokowi

Posted by Hamba Allah
Share this article on:

Jokowi perkuat tim,silahturahmi dengan calon lain. Apa strategi Foke?

Fauzi Bowo dan Joko Widodo
Fauzi Bowo dan Joko Widodo  
Hasil hitungan cepat itu diluar dugaan. Pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama unggul jauh di atas pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli. Padahal dalam hampir semua jajak pendapat yang digelar sejumlah lembaga survei -- sebelum Pemilukada yang digelar Rabu 11 Juli 2012 itu-- Fauzi Bowo unggul jauh di atas Jokowi.
Quick count itu memang bukan hitungan resmi Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD), penyelenggaran pemilihan itu. Komisi itu masih melakukan perhitungan dan belum diumumkan hasilnya. Tapi semua lembaga konsultan politik yang melakukan hitung cepat itu sama hasilnya. Jokowi unggul atas Fauzi Bowo.
Lihatlah hasil hitungan Lingkaran Survei Indonesia (LSI), lembaga yang dipimpin Deny J.A. Mereka melakukan hitungan cepat dengan teknik penarikan sampel multistage random sampling di 410 Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang tersebar di seluruh Ibukota. Hasilnya pasangan Jokowi-Ahok memperoleh 43,04 persen. Kokoh diurutan pertama.
Pasangan Foke-Nara terpaut hampir 10 persen di bawahnya. Meraih 34,17 persen. Pasangan Hidayat Nur Wahid-Didik Rachbini 11,77 persen, Faisal-Biem 4,83 persen, Alex-Nono 4,37 persen, dan Hendardji-Reza Patria 1,82 persen. Berdasarkan penghitungan mereka, Jokowi menang hampir di seluruh zona pemilihan, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur dan Jakarta Utara.

Hitungan Lembaga Survei Indonesia (LSI) pimpinan pakar politik Syaiful Mujani, pasangan Jokowi dan Ahok meraih 43,14 persen.  Kemudian pasangan Foke-Nara, 33,54 persen, Hidayat-Didik: 11,24 persen, Faisal-Biem: 5,08 persen, Alex-Nono: 4,98 persen, dan pasangan Hendardji-Riza, hanya 2,02 persen.
Mengapa pasangan Jokowi unggul jauh? Pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia, Burhan Muhtadi menegaskan bahwa masyarakat Jakarta melihat figur Jokowi sebagai alternatif. Dia juga dinilai sebagai walikota yang sukses mengelola Kota Solo dan masuk dalam 25 walikota terbaik di dunia. Jadi publik punya alasan rasional memilih Jokowi.
Hasil akhir quick count atau perhitungan cepat versi Jaringan Suara Indonesia (JSI) juga memastikan Pilkada DKI Jakarta akan berlanjut pada putaran kedua karena tidak ada pasangan yang menembus 50 persen lebih dari hasil penghitungan sementara.

"Selamat pada dua kandidat yang akan bertarung pada putaran kedua antara pasangan nomor satu dan pasangan nomor tiga, keduanya akan melenggang di putaran kedua," kata Fajar S Tamin, Wakil Direktur Eksekutif JSI dalam konferensi pers quick count di Hotel Pullman, Jakarta.

Hitung cepat JSI juga sama, Jokowi-Ahok memimpin perolehan suara. Pasangan ini meraup 41,97 persen, Foke-Nara 34,42 persen, kemudian disusul HNW-Didik dengan 11,4 persen, Alex Noerdin-Nono Sampono 5,16 persen, Faisal-Biem 5,16 persen, dan Hendardji-Riza Patria memperoleh 1,88 persen.

Perolehan suara Jokowi-Ahok melejit mengalahkan perolehan suara pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli. Hasil hitung cepat ini berbeda signifikan dari hasil survei terakhir JSI sebelum masa jeda, yang menempatkan Jokowi jauh di bawah Fauzi Bowo.

Asumsi banyaknya pilihan calon yang diharapkan mampu mendongkrak partisipasi pemilih, menurut JSI, ternyata tidak terbukti. Tingkat partisipasi pemilih tidak jauh berbeda dengan Pemilukada 2007 dengan 61,5 persen. Tahun ini naik menjadi 62,07 persen.

Sisi personal Jokowi cenderung menentukan, ketimbang citra partai. Meski keterlibatan tokoh nasional punya pengaruh tapi sisi personal paling berpengaruh. Peran media massa juga ikut membantu kemenangan Jokowi. Mulai dari mengolah isu partai sampai pembangunan sisi personal calon.

"Sebelum masuk Jakarta, pupularitas Jokowi di bawah 50 persen, tapi setelah masuk, tiap hari dia masuk media, ini membuatnya melejit," tambah Eka Kusmayadi, Research Director JSI.

Hasil penghitungan cepat yang dilakukan Indobarometer juga menunjukkan pasangan nomor urut 3 Jokowi dan Ahok bertengger di puncak perolehan suara dengan 42,24 persen. Foke-Nara di posisi kedua dengan 33,77 persen, Hidayat-Didik sebanyak 11,50 persen, Faisal-Biem 5,11 persen, Alex-Nono di tempat kelima dengan 4,73 persen suara, dan posisi paling buncit pasangan Hendardji-Riza Patria dengan suara sebanyak 2,65 persen.
Pesta di "Markas" Jokowi
Hasil hitung cepat sejumlah lembaga itu disambut gembira para pendukung Jokowi dan Ahok. Aroma pesta langsung terasa di "markas" pasangan ini. Para pendukung membludak di Jokowi Center, Jalan Borobudur, Jakarta Pusat. Pendukung pasangan ini juga melakukan konvoi ke sejumlah jalan Jakarta setelah memantau bersama-sama perhitungan cepat.

Hingga malam hari, pendukung Jokowi yang berpakaian kotak-kotak terus meneriakkan yel-yel "Jokowi siapa yang punya, yang punya kita semua" beberapa kali. Kerap juga terdengar suara terompet.

Kemeriahan di Jokowi Center  itu juga dinikmati para pedagang keliling. Panitia mempersilakan pendukung dan simpatisan yang datang untuk mengambil jajanan itu secara gratis.

Pesta kemenangan Jokowi juga terasa hingga Solo. Simpatisan yang menyaksikan hasil penghitungan cepat di Kantor DPC PDIP Solo bersorak girang begitu Jokowi unggul. Mereka tak bosan mengacungkan tiga jari sebagai lambang kemenangan nomor urut pasangan itu.

Dengan hasil kemenangan sementara ini, sorotan media langsung menuju kepada Jokowi. Beberapa stasiun televisi swasta hingga malam masih antre untuk melakukan wawancara secara live.

Dalam sejumlah wawancara, Jokowi tidak bosan mengucapkan terima kasih kepada para relawan yang telah membantu dirinya. Kemenangan yang diperolehnya adalah keinginan masyarakat Jakarta. Ia sudah memprediksi akan mendapatkan banyak dukungan dari warga Jakarta. Karena, dia percaya hasil kerja kerasnya akan dihargai.
Jokowi membeberkan kunci kemenangannya, yaitu bersatunya dan bekerja samanya partai--baik PDI Perjuangan dan Gerindra--, tim relawan, dan masyarakat yang mendukungnya. "Asal ketiga elemen itu bersatu pasti menang," kata Jokowi.

Awalnya, kata Jokowi, dia agak kesulitan menyatukan ketiga elemen tadi. Bahkan sempat ada gesekan, karena timnya baru bertemu tiga minggu sebelum sampai menemukan satu tujuan untuk menang.

Guna memenangkan putaran kedua, Jokowi mengaku tak memiliki strategi khusus. Strategi yang akan digunakan akan tetap sama dengan strategi sebelumnya. Memperkuat kerjasama semua elemen dalam tim sukses.
Strategi lain yang dia gunakan adalah silaturahmi dengan empat pasangan cagub lain yang tidak lolos ke putaran kedua. Antara lain dua pasangan independen Hendardji-Ahmad Riza Patria, Faisal Basri-Biem Benjamin. Jokowi akan menjaga silahturahmi dengan pasangan ini.
Kemudian juga Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini, dan Alex Noerdin-Nono Sampono. Sesudah pencoblosan kemarin, Jokowi bahkan langsung bertemu dengan Hidayat Nur Wahid. Silaturahmi seperti ini akan terus dijaga.
Jokowi mengaku sudah mendapatkan lampu hijau dari empat kandidat lain yang kemungkinan tidak akan lolos ke putaran kedua. Dia menegaskan, bahwa dirinya sudah menghubungi seluruh kandidat itu.

"Tinggal saya mengkongkritkan. Ke Pak Hidayat juga sudah ketemu, kongkritkan. Ke Pak Alex juga sudah janjian, kongkritkan. Dengan Pak Faisal juga sudah tadi. Dengan Pak Hendarji sudah didahului dari sana, kongkritkan," kata dia.
Namun, Jokowi membantah silaturahmi itu termasuk lobi-lobi yang lain.  "Yang saya punya hanya semangat, yang dimiliki relawan juga semangat. Itu yang bisa kami gunakan di putaran kedua," katanya.

Fauzi Bowo Siap Bertarung di Putara Kedua
Mengapa suara Foke turun tajam? Menurut Lingkaran Survei Indonesia (LSI),  salah satu faktor merosotnya perolehan suara itu karena Foke tidak pernah muncul saat masa kampanye. Hingga detik terakhir jelang pemilihan, Foke tidak terlalu banyak melakukan manuver yang bisa membangun simpati publik. Dia hanya melepas sang wakil untuk kampanye.

Foke tidak ikut kampanye karena sangat yakin bisa memenangkan Pilkada. Keyakinan itu juga diperkuat hasil jajak pendapat sejumlah lembaga survei yang selalu dimenangkan pasangan urut nomor 1 itu.

Di sisi lain, Jokowi  punya tren dan model kampanye yang dapat meraih simpati karena langsung turun ke masyarakat. Dengan gaya yang nyentrik, unik, dan mampu meraih simpati warga Jakarta.

Atas hasil penghitungan cepat  sejumlah lembaga survei ini, Fauzi Bowo siap bertarung pada putaran kedua melawan Jokowi. Namun, Foke masih akan menunggu penghitungan Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta, dan Ia masih tetap yakin akan menang.

"Saya tekankan ini belum keputusan resmi, belum akhir. Tapi kami menghargai lembaga survei yang melakukan quick count. Metode ini harus kita apresiasi, tentu bagi kami berdua ini ada unsur yang tak sesuai harapan dan ekspekstasi kami," kata Foke.
Terkait strategi putaran kedua, Foke masih akan menganalisis kekuatan dan kelemahan dalam hasil pilkada DKI putaran pertama ini.  "Jawaban pendukung saya itu rahasia. 100 buat loyalis. Yang penting perjuangan belum selesai," katanya.

Calon wakil gubernur Nachrowi Ramli menuturkan, pihaknya akan melakukan perubahan strategi menghadapi putaran kedua. Namun, untuk konsolidasi keempat pasangan calon lainnya, Nara melihat belum dirasakan perlu.

"Strategi pertama berbeda jauh dengan kedua. Tapi masih rahasialah. Strategi sedang kami susun. Kami berkoalisi bersama rakyat dan bukan para kandidat," kata Nara.
Dalam jumpa pers di Media Center Foke-Nara, pasangan itu juga menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada para pendukung serta simpatisan atas  dukungan mereka. "Perjuangan belum selesai, kami tunggu putaran dua dan Insya Allah kami menang pada putaran kedua," tegas Foke.

Dalam berbagai jajak pendapat  yang digelar sejumlah lembaga survei pasangan ini memang selalu menang. Fauzi Bowo bahkan unggul dalam semua sisi. Baik popularitas maupun faktor kesukaan masyarakat. Dalam survei yang dilakukan Jaringan Suara Indonesia (JSI) pada 28 Juni hingga 2 Juli 2012, misalnya, sebanyak 98 persen responden menyatakan mengenal Fauzi Bowo. Sebanyak 79,1 persen responden suka sosok lelaki berkumis ini.

Dengan sample 1.200 responden, diketahui sebanyak 49,6 persen responden memilih Foke-Nara. Posisi kedua, dengan persentase 15,8 responden memilih pasangan nomor tiga, Jokowi-Ahok. Survei ini dilakukan dengan cara wawancara tatap muka responden menggunakan kuesioner. Untuk margin of error sebesar 2,9 persen.

Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) bahkan melansir  kemenangan Foke baik dalam satu putaran maupun dua putaran. Tidak adanya kenaikan dukungan yang signifikan para lawannya sejak Maret 2012, membuat posisi Foke tetap aman.

Selain itu, tidak adanya penurunan popularitas yang signifikan dari calon incumbent, membuat lima pasangan lain tidak dapat mengejar angka perolehan Foke.

Survei yang dilakukan sejak 22-27 Juni 2012, kepada 450 responden, menemukan bahwa perolehan suara Foke sekitar 43,7 persen, dengan margin of error survei 4,8 persen. Urutan kedua adalah Jokowi, dengan dukungan hanya sekitar 14.4 persen. Sementara empat pasangan lain hanya memperoleh dukungan di bawah 10 persen, bahkan ada yang di bawah 5 persen.
Menurut survei Lingkaran Survei Indonesia, pemilih Foke-Nara merata dari berbagai segmen dan teritori. Bahkan, bila disimulasikan secara head to head pada putaran kedua, pasangan Foke tetap unggul mutlak.

Berdasarkan kajian kualitatif yang dilakukan, pasangan Foke-Nara unggul bukan lantaran karena pasangan ini kuat dan cemerlang di mata publik, tapi karena para kompetitor dinilai publik kurang meyakinkan untuk memimpin dan mengatasi masalah-masalah yang ada di DKI Jakarta. Para pesaing kurang masif bersosialisasi dan menawarkan aneka program populer.

• sumber:VIVAnews



0 Komentar — Skip to Comment

Posting Komentar — or Back to Content