Awas! Stroke Bisa Jadi Penyakit Turunan
Studi baru menyebutkan seorang memiliki resiko terserang stroke empat kali lipat dari orang tuanya atau saudara sekandung lainnya juga memiliki riwayat penyakit serupa. Benarkah ?
Para ahli kesehatan meyakini, ada hubungan antara risiko stroke dengan faktor keturunan, walaupun tidak secara langsung. Pada keluarga yang banyak anggotanya menderita stroke, kewaspadaan terhadap faktor-faktor yang dapat menyebabkan stroke harus lebih ditingkatkan.
Banyaknya kasus stroke dalam keluarga Anda mungkin lebih disebabkan faktor pola makan, gaya hidup, dan watak yang hampir sama. Makanan bersantan asal tidak berlebihan sebetulnya tidak berbahaya.
Namun jika setiap hari mengonsumsi makanan berlemak, terutama lemak hewani dalam jumlah berlebihan, apalagi kurang makan sayur dan buah-buahan segar, tentu akan meningkatkan risiko stroke.
Cepat marah, panik, dan stres, apalagi perokok, kurang olah raga, berat badan berlebih dan kurang tidur akan melipat gandakan kemungkinan Anda terkena stroke.
Sementara itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan ilmuwan asal Amerika Serikat, ada berbagai faktor yang meningkatkan risiko stroke seperti tekanan darah tinggi, obesitas dan kebiasaan merokok. Hal itu memang dapat diubah, namun sejarah kesehatan keluarga tak mungkin diubah.
"Sedapat mungkin Anda harus mengetahui sejarah kesehatan keluarga dan orangtua secara akurat. Ingat sejarah kesehatan itu tidak dapat dimodifikasi, namun dapat digunakan sebagai salah satu catatan faktor risiko," ujar pemimpin peneliti dari Boston University School of Medicine, Dr. Sudha Seshadri.
Serangan stroke pada orangtua, menurut Boston, harus dimasukkan ke dalam faktor risiko terjadinya stroke pada seseorang.
Dalam penelitian tersebut, Sudha bersama tim peneliti mengumpulkan data dari 3.443 partisipan yang berpartisipasi pada Framingham Heart Study. Para partisipan yang diikutsertakan adalah anak-anak dari para peserta studi tersebut.
Di antara para orangtua tersebut, 106 partisipan terkena stroke pada usia 65 tahun. Kemudian, anak-anak dari partisipan itu mengalami 128 stroke di atas usia 40 tahun.
Setelah menghitung berbagai faktor risiko lain, peneliti menemukan, partisipan yang memiliki orangtua mengalami stroke pada usia 65 tahun memiliki risiko dua kali lipat mengalami stroke pada usia berapa saja dan risiko stroke empat kali lipat pada saat mencapai usia 65 tahun.
Sebagai tambahan, para peneliti menemukan, anak-anak perempuan memiliki risiko paling tinggi terhadap stroke dari para ibu yang terkena stroke. Sementara itu, stroke yang terjadi pada ayah lebih jarang diturunkan para anak-anak namun mencakup anak laki-laki dan perempuan.
Dari dua tipe stroke yaitu ischemic yang disebabkan oleh penyumbatan aliran darah di otak atau stroke hemorrhagic yaitu disebabkan oleh pendarahan menuju otak, maka stroke jenis ischemic merupakan yang paling banyak dialami oleh orangtua yan kemudian diturunkan pada anak-anak mereka.
Secara rinci, 74 orang dari 106 partisipan yang mengalami stroke ischemic, sementara itu 106 dari 128 kasus stroke pada anak-anak mereka adalah strokek ischemic.
"Sudah jelas, komponen genetik sangat kuat dalam faktor risiko stroke," ujar Sudha. Namun dia menambahkan, diperlukannya penelitian lebih lanjut dan lebih banyak catatan genetik.
Meskipun demikian, ia mengingatkan, risiko tertinggi anak-anak yang memiliki orangtua yang mengalami stroke pada usia 65 tahun adalah yang mengalami tekanan darah tinggi.
"Sebaiknya Anda harus mulai memperlakukan sejarah kesehatan keluarga untuk memotivasi Anda untuk mengontrol tekanan darah, gulara darah, berhenti merokok, berolahtara dan menjaga berat badan ideal," jelas Sudha.
sumber
0 Komentar — Skip to Comment
Posting Komentar — or Back to Content