Area Udara RI, "Neraka" Bagi Pilot Asing
Frekuensi bisa bocor karena banyak pemancar radio yang lebih memilih menguatkan sinyal.
Pencarian korban kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak masih terus berlangsung. Namun hingga hari ketujuh, penyebab pesawat buatan Rusia itu menabrak Gunung Salak belum diketahui. Muncul sejumlah spekulasi penyebab jatuhnya burung besi itu.
Seorang pilot dan petugas Air Traffic Controller (ATC) mengeluhkan sering bocornya frekuensi saluran komunikasi antara pilot dan petugas komunikasi. Saat terbang, mereka bisa mendengar siaran radio dangdut atau komunikasi lewat handphone yang semestinya tak boleh terjadi.
Pilot senior Garuda Indonesia, Capt. Adrian Jeffery Asmara bahkan menyatakan masuk area udara Indonesia bagai neraka bagi pilot asing. Ia kemudian menunjukkan bagaimana percakapan antara pilot dengan ATC yang sering terganggu oleh suara-suara musik atau bahkan percakapan orang.
"Masuknya suara-suara berisik seharusnya tidak terjadi. Kami terganggu. Selama perjalanan bahkan mendengar percakapan orang, kemudian terdengar musik lagi. Kami, pilot Indonesia saja terganggu, bagaimana pilot luar tidak maki-maki," ujarnya.
Jeffrey menjelaskan, frekuensi bisa bocor karena banyak pemancar radio yang lebih memilih menguatkan sinyal, dibanding menambah stasiun pemancar. Sebaliknya, ATC pada umumnya hanya memiliki tiga frekuensi back-up. Hal ini menyebabkan pilot kerap mendapati “blank spot”.
Gangguan sinyal telepon seluler dinilai Jeffrey tak seberapa dibandingkan kebocoran frekuensi. Menurutnya, sinyal telepon seluler memang kadang mengganggu sistem kemudi. Tapi, kata dia, sejak awal pilot sudah dididik untuk tidak terpengaruh gangguan semacam itu.
"Bagi kami, kondisi seekstrem sekalipun, tanpa instrumen yang membantu, kami harus tetap mengendalikan pesawat. Kami tidak boleh terpengaruh pada sinyal handphone yang menyala," kata dia.
Bocornya frekuensi radio itu pun diakui Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Herry Bakti Singayuda. Menurutnya, siaran radio yang masuk ke frekuensi pesawat sering mengganggu komunikasi pilot. Namun menurutnya hal ini sekarang sudah jarang terjadi.
"Dulu kadang-kadang ada. Sekarang sebetulnya sudah lebih jarang. Siaran radio bocor ke pesawat, tapi bukan ke Air Traffic Controller. Petugas di ATC sendiri tidak dengar apa-apa," kata Herry ketika dihubungi VIVAnews, Selasa 15 Mei 2012. Ia mengatakan, siaran-siaran radio amatir ini memang merusak komunikasi pilot.
Tapi hal itu bukan hanya terjadi di Indonesia. “Di mana-mana bisa terjadi, dan di Indonesia soal frekuensi radio ini diatur oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika,” terang Heri. Ia menyatakan, selama ini Kominfo pun terus-menerus bekerja membersihkan frekuensi pesawat agar steril dari penyusupan frekuensi radio amatir yang bocor.
Mantan Kepala Administrator Bandara Soekarno-Hatta itu menceritakan, Kominfo misalnya pernah menangkapi radio-radio amatir yang membandel dan mengotori frekuensi udara untuk penerbangan. Pembersihan dan pengawasan oleh Kominfo terhadap radio-radio amatir ini, setahu Heri dilakukan secara rutin dan berkala.
Kementerian Komunikasi dan Informatika menjelaskan, 'kebocoran' frekuensi ini terjadi karena kisaran frekuensi radio dan penerbangan berdekatan. "Frekuensi radio ada di 88 sampai 107 MHz, sedangkan frekuensi penerbangan ada di 108 sampai 138 MHz," kata Kepala Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat Kementerian Kominfo, Gatot S Dewa Broto kepada VIVAnews.
Masalah lantas muncul karena ada radio yang memakai frekuensi di luar izin yang diberikan Kominfo. "Ada kecenderungan yang mengganggu ini radio ilegal. Mereka biasanya pakai power tinggi sehingga frekuensinya sampai ke frekuensi penerbangan. Peralatan radionya pun tidak bersertifikat," jelas Gatot.
Ia bahkan menyatakan, gangguan frekuensi radio terhadap frekuensi penerbangan ini terjadi merata di seluruh wilayah Indonesia. Meski demikian, imbuh Gatot, tidak semua saluran radio seperti ini.
Frekuensi telepon selular yang sebelumnya disebut-sebut kerap mengganggu penerbangan, menurut Gatot justru tidak signifikan dampaknya. Ini karena ponsel mempunyai frekuensi tersendiri sehingga tidak akan mengganggu komunikasi pilot.
Jadi, jelas Gatot, kalau pilot mendengar ada percakapan orang penyusup masuk di alat komunikasinya, itu bukan langsung dari ponsel, melainkan dari pembicaraan telepon yang masuk ke radio. Nyaris semua radio mengggunakan telepon untuk berinteraksi langsung dengan pendengarnya.
Sementara itu, frekuensi lain seperti frekuensi televisi, menurut Gatot efeknya ke penerbangan sangat kecil karena berada pada frekuensi yang lebih tinggi, yakni 460 sampai 806 MHz.
Gatot pun berjanji akan memperketat pengawasan frekuensi penerbangan yang terkadang disusupi frekuensi radio ilegal. "Ini kan menyangkut keselamatan penerbangan. Kami harus tegas," kata Gatot. "Setiap hari kami memelototi frekuensi melalui Balai Monitoring Kominfo di seluruh wilayah Indonesia." jelas Gatot.
Misteri Kotak Hitam
Meski demikian, segala spekulasi mengenai kecelakaan ini dapat terpecahkan jika kotak hitam ditemukan. Badan Search and Rescue (SAR) Nasional hingga saat ini masih terus menyisir lokasi ditemukannya Emergency Locator Transmitter (ELT) atau pemancar komunikasi pesawat Sukhoi Superjet 100. Diduga, lokasi kotak hitam atau black box tak jauh dari lokasi ditemukannya ELT.
"Kalau keterangan dari teknisi Sukhoi, posisi ELT pada pesawat tak jauh dari black box. Posisinya ada di bagian belakang pesawat atau ekor," kata Direktur Operasi Badan SAR Nasional, Sunarbowo, kepada VIVAnews.
Menurut Sunarbowo, setelah kemarin menemukan rangkaian alat komunikasi atau ELT milik Sukhoi, tim SAR langsung berkoordinasi dengan teknisi dari Rusia. Dengan diketahuinya posisi ELT dan black box, tim SAR berharap lokasi kotak hitam tak jauh dari ditemukannya ELT.
"Kemarin, ELT ditemukan di kedalaman sekitar 600 meter. Kami akan mencoba menyisir lagi daerah itu. Mudah-mudahan, kotak hitam dapat ditemukan hari ini," ujar Sunarbowo.
Kondisi peralatan komunikasi atau ELT yang ditemukan kemarin secara umum masih dalam kondisi baik. Tidak hancur ataupun berantakan. Menurut Sunarbowo, bahan atau material pembuat kotak hitam itu lebih kuat dari ELT.
"Kotak hitam ini bahannya lebih keras. Jadi diharapkan, kotak hitam bisa ditemukan dalam kondisi utuh. ELT saja utuh, mudah-mudahan kondisi kotak hitam lebih baik," tuturnya. (Baca juga artikel: Cara Kerja Kotak Hitam)
Menteri Perhubungan, EE Mangindaan pun meminta semua pihak tidak berspekulasi mengenai penyebab terjadinya kecelakaan. Karena, penyebab kecelakaan baru bisa terungkap setelah kotak hitam ditemukan dan dianalisa. "Jadi jangan berandai-andai dulu, karena penyebabnya ada di rekaman suara kotak hitam. Itu yang bisa menentukan," ujar Mangindaan di Istana Merdeka.
Ia menyatakan, kotak hitam Sukhoi itu akan diperiksa di Indonesia oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Indonesia dan Rusia. Namun KNKT Indonesia berperan lebih besar sebagai pemegang kendali kebijakan.
Keterangan Mangindaan itu sekaligus membantah kabar yang menyebut pihak Rusia yang akan memeriksa kotak hitam Sukhoi dengan membawa kotak itu ke negaranya. "Ada aturannya. Kalau masih bisa dibuka, ya diperiksa di sini. Kalau Rusia punya alat, dibawa ke sini saja," kata dia.
Apalagi percakapan yang terekam di kotak hitam biasanya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional nomor satu. "Setahu saya bahasa Inggris. Tapi bisa juga bahasa Rusia. Yang jelas kita ikuti sistem negara kita. Kita yang kendalikan," ucap Mangindaan.
Meski misalnya kotak hitam Sukhoi SSJ 100 itu nantinya harus dibawa ke Rusia untuk investigasi lanjutan, Mangindaan memastikan KNKT Indonesia akan mengawal pemeriksaan kotak hitam tersebut. KNKT pun tidak menargetkan waktu penemuan kotak itu.
Sementara, Ketua KNKT Tatang Kurniadi, menyatakan pihaknya membutuhkan waktu 12 bulan untuk mengungkap penyebab kecelakaan Sukhoi ini melalui kotak hitam. "Kita punya kemampuan, kita mampu," tutur Tatang. Dia menambahkan, pemeriksaan kotak hitam dilakukan di negara pembuatnya jika Indonesia--sebagai negara tempat terjadinya kecelakaan--tidak mampu atau mengalami kesulitan menganalisis isinya.
Menurut Tatang, KNKT akan berhati-hati dalam mengungkap penyebab kecelakaan ini. "Jangan ada yang menuntut. Dua bulan komen untuk mereka (pihak Sukhoi). Empat bulan saja paling cepat," katanya.
"Kalau KNKT no blame, do not jump to conclussion. Sekali kita jump to conclussion reputasi kita jatuh di mata dunia," kata dia. "Kalian rugi sebagai Bangsa Indonesia. Jadi jangan pancing-pancing KNKT menjawab pertanyaan itu (soal black box)."
Pesawat Pengganti?
Satu lagi hal terkait kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet-100 terkuak. Seperti dimuat MSN Malaysia, Senin 14 Mei 2012, pesawat yang digunakan untuk "joy flight" di Indonesia tak sama dengan yang dipakai demo terbang di Kazakhztan dan Pakistan.
Adalah media Rusia, Moskovskiy Komsomolets dan Kommersant yang memberitakan bahwa pesawat diganti di tengah tur enam negara Asia.
Saat dikonfirmasi, juru bicara Sukhoi Civil Aircraft, Olga Kayukova membenarkan hal tersebut. Dia mengakui, pesawat pertama dipulangkan ke Moskow, Rusia setelah demo terbang di Kazakhstan, tanpa menyebut alasan persisnya.
Namun, ia menekankan, bahwa pesawat kedua "dalam kondisi teknis yang sempurna sebelum diterbangkan."
Gambar dua pesawat yang berbeda ditampilkan oleh blogger yang ikut serta dalam tur tersebut. Seperti diberitakan Moskovskiy Komsomolets, pesawat yang menjalani demo terbang di Kazakhstan dan Pakistan bernomor 97005, sementara model yang diterbangkan di Indonesia bernomor 97004, hanya beda satu dijit.
"Kenapa pesawat itu diganti, saya tak bisa mengatakannya," kata sumber yang dikutip koran tersebut. "Namun jika pesawat pertama tak diizinkan meneruskan demo terbang pasti ada alasannya."
Sebelum informasi ini terkuak, asumsi yang beredar di masyarakat, pesawat yang menabrak tebing Gunung Salak adalah burung besi yang sama dengan yang dipamerkan di negara-negara sebelumnya.
Kecelakaan yang terjadi Rabu 9 Mei 2012 tak hanya mengakibatkan 45 orang di dalamnya dikhawatirkan menjadi korban. Tapi juga pukulan telah pada industri penerbangan sipil Rusia, yang mencoba bangkit paska runtuhnya Uni Soviet.
Sukhoi Superjet-100 adalah pesawat sipil pertama yang dihasilkan. Namun, hingga kini belum diketahui apa penyebab pasti dari kecelakaan maut itu. Kotak hitam belum lagi di tangan para penyidik kecelakaan udara.
source
0 Komentar — Skip to Comment
Posting Komentar — or Back to Content